BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut usus halus. Demam tifoid termasuk penyakit menular yang
tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok
penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menulardan dapat
menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
Di Indonesia demam tifoid
jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat sporadic,
terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus
pada orang-orang serumah. Sumber
penularan biasanya tidak dapat ditemukan. Ada dua sumber penularan salmonella
typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering carrier. Di
daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makana yang
tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah
nonendemik. Carrier itu sendiri adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan
masih terus mengekskresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun.
B. Tujuan
1. Agar
mahasiswa mengetahui pengertian demam tifoid
2. Agar
mahasiswa mengetahui patofisiologis demam tifoid
3. Agar
mahasiswa mengetahui etiologi demam tifoid
4. Agar
mahasiswa mengetahui gejala klinis demam tifoid
5. Agar
mahasiswa mengetahui komplikasi demam tifoid
6. Agar
mahasiswa mengetahui cara menangani demam tifoid pada ibu hamil.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
mengetahui pengertian demam tifoid
2. Mahasiswa
mengetahui patofisiologis demam tifoid
3. Mahasiswa
mengetahui etiologi demam tifoid
4. Mahasiswa
mengetahui gejala klinis demam tifoid
5. Mahasiswa
mengetahui komplikasi demam tifoid
6. Mahasiswa
mengetahui cara mengatasi demam tifoid pada ibu hamil
BAB II
ISI
A. Pengertian
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah
penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.
Penyakit tifus atau Typhoid fever, sering disebut juga
dengan enteric fever, bilious fever atau Yellow Jack, disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella typhi. Penyebaran
penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari
orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan
darah dari orang yang terinfeksi. Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri Gram
negatif yang berbentuk batang dan bergerak menggunakan flagela yang tumbuh
cepat pada suhu badan manusia (37ºC).
Penyakit infeksi tifus
abdominalis yang disertai panas badan tinggi dan kemungkinan perforasi,
sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan
pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir
mati. Angka kematian ibu dengan kehamilan disertai tifus abdominalis cukup
tinggi sedangkan kematian bayi sekitar 65% sampai 70%. Upaya pengobatan perlu
dilakukan kerja sama dengan ahli penyakit dalam.
B. Patofisiologis
Kuman
salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke
usus halus. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk
aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial. Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfe, salmonella typhi masuk aliran darah melalui ductus
thoracicus. Endotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis demam tifoid,
karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat
salmonella typhi berkembang biak. Demam tifoid disebabkan karena salmonella
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.
C. Etiologi
Etiologi
demam tifoid adalah Salmonella typhi, Salmonella Paratyphi A, Salmonella
Paratyphi B, Salmonella Paratyphi C.
D. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata
3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat. Pada
kasus khas biasa ditemukan gejala klinis berupa demam, gangguan pada saluran
pencernaan, dan gangguan kesadaran.Gejala tifus dibagi menjadi
empat tahap:
1. Pada minggu pertama, kenaikan temperatur
demam sangat pelan, yang diikuti dengan bradikardia yaitu denyut jantung kurang
dari 60 per menit, sakit kepala, dan batuk. Selain itu, dapat terjadi
epistaksis atau mimisan yang muncul pada seperempat kasus dan juga timbul rasa
sakit pada daerah perut. Adanya bakteri ini pada darah menyebabkan leukopenia
(turunnya jumlah granul eosinofil darah) dan limfositosis (meningkatnya jumlah
limfosit pada darah). Diagnosis pada minggu pertama dengan tes Widal, merupakan
tes serologi untuk mengetahui adanya infeksi Salmonella, akan memberikan hasil
yang negatif.
2. Pada minggu kedua dari masa infeksi, akan
terjadi panas yang tinggi yang terkadang disebut dengan “nervous fever”
dan bradikardia yang disebut dengan Sphygmo-thermic dissociation.
Terkadang muncul bercak merah pada daerah di bawah dada dan daerah perut,
di mana hal ini hanya terjadi pada 1/3 dari pasien yang menderita tipus.
Pada minggu kedua ini juga bisa terjadi diare enam hingga delapan kali perhari,
dengan warna kehijauan dan bau yang khas, akan tetapi konstipasi juga bisa
terjadi. Kadang terdengar suara dari perut yang diakibatkan oleh pergerakan gas
di dalam intestin yang disebut dengan “Borborygmus”. Pembesaran hati akan
terjadi jika telah maemasuki minggu kedua ini. Pada tahap inilah tes Widal
dapat menunjukkan hasil yang positif.
E. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid
memang cukup menyeramkan. Dan kalau sudah muncul komplikasinya, kadang
prognosisnya kurang bagus. Komplikasi yang serius diantaranya adalah:
- komplikasi
intestinal (maksudnya komplikasi di daerah usus halus), yaitu:
a) Perdarahan usus. Karena memang kuman ini
menyerang dinding usus halus, sehinggamemperlemah/membuat luka di dinding usus
halus.
b) Dan bila makin lemah, dapat terjadi
perforasi usus (ususnya berlubang). Kalo sudah begini, harus dilakukan operasi
segera, untuk memotong usus yang berlubang itu.
2. komplikasi
ekstra intestinal (maksudnya komplikasi yang terjadi di luar usus halus),
yaitu:
a) Peradangan pada otot jantung
(myocarditis).
b) Peradangan paru-paru (Pneumonia)
c) Peradangan pada pankreas (pankreatitis)
d) Infeksi pada ginjal dan kandung kencing
e) Infeksi tulang belakang (osteomyelitis)
f) Infeksi dan peradangan di selaput otak
(meningitis), dan
g) Gangguan kejiwaan, misalnya halusinasi
(melihat sesuatu, yang sebenarnya tidak ada atau bahkan psikosis paranoid
(bahasa awamnya “gila”, dengan gejala yang dominan, selalu curiga atau
ketakutan yang tidak berdasar).
F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan
biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam tifoid,
tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini
disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, antara
lain:
a) Teknik pemeriksaan laboratorium
Karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya
sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan,
pada pasien biasa diambil 5-10 ml darah. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit
hasil biakan bisa negatif, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik.
Selain itu, darah tersebut harus langsung ditanam pada media biakan sewaktu
berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan
darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung.
b) Saat pemeriksaan selam perjalanan penyakit
Pada demam tifoid biakan darah terhadap salmonella
typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi.
c) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam tifoid di masa lampau
menimbulkan antibodi dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan
bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negatif.
d) Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat
obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
2. Uji
widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara
atigen dan antibodi (aglutinin). Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji
widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam tifoid.
3. Pemeriksaan
feses
G. Pengobatan
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan
ekskreta.
2. Perawatan yang baik
untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia
dll.
3. Istirahat selama demam
sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus
ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan
berjalan.
4. Diet makanan harus cukup
mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
5. Obat terpilih adalah
kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari. Dosis
maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan
golongan obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi
yang sesuai.
Pengobatan demam tifoid pada
wanita hamil adalah:
Tidak
semua obat antimikroba yang biasanya digunakan untuk pengobatan demam tifoid
dapat diberikan pada wanita hamil. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada
trimester ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian
fetus intrauterin dan grey syndrome pada neonatus.
Tiamfenikol
tidak dianjurkan untuk digunakan pada trimester pertama kehamilan, karena
kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan.
Pada kehamilan yang lebih lanjut, tiamfenikol dapat diberikan..
Ampisilin,
amoksisilin dan sefalosporin generasi ketiga aman untuk wanita hamil dan fetus,
kecuali bila pasien hipersensitif
terhadap obat tersebut.
Ko-trimoksazol
dan fluorokinolon tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari
satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebaran
penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari
orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan
darah dari orang yang terinfeksi. Demam tifoid disebabkan karena salmonella
typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.
Pada wanita hamil deman
tifoid dapat mengakibatkan keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati.
Pengobatan deman tifoid pada wanita hamil adalah dengan memberikan obat
antimikroba yang aman untuk wanita hamil dan fetus adalah ampisilin,
amoksisilin, dan sefalosporin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar