Minggu, 27 November 2011

Makalah TYPOID


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menulardan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
      Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat sporadic, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularan biasanya tidak dapat ditemukan. Ada dua sumber penularan salmonella typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering carrier. Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makana yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah nonendemik. Carrier itu sendiri adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.

B. Tujuan
1.  Agar mahasiswa mengetahui pengertian demam tifoid
2.  Agar mahasiswa mengetahui patofisiologis demam tifoid
3.  Agar mahasiswa mengetahui etiologi demam tifoid
4.  Agar mahasiswa mengetahui gejala klinis demam tifoid
5.  Agar mahasiswa mengetahui komplikasi demam tifoid
6. Agar mahasiswa mengetahui cara menangani demam tifoid pada ibu hamil.

C. Manfaat
1.    Mahasiswa mengetahui pengertian demam tifoid
2.    Mahasiswa mengetahui patofisiologis demam tifoid
3.   Mahasiswa mengetahui etiologi demam tifoid
4.   Mahasiswa mengetahui gejala klinis demam tifoid
5.   Mahasiswa mengetahui komplikasi demam tifoid
6.    Mahasiswa mengetahui cara mengatasi demam tifoid pada ibu hamil


BAB II
ISI

A. Pengertian
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Penyakit tifus atau Typhoid fever, sering disebut juga dengan enteric fever, bilious fever atau Yellow Jack, disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan darah dari orang yang terinfeksi. Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan bergerak menggunakan flagela yang tumbuh cepat pada suhu badan manusia (37ºC).
Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas badan tinggi dan kemungkinan perforasi, sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati. Angka kematian ibu dengan kehamilan disertai tifus abdominalis cukup tinggi sedangkan kematian bayi sekitar 65% sampai 70%. Upaya pengobatan perlu dilakukan kerja sama dengan ahli penyakit dalam.

B. Patofisiologis
      Kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe, salmonella typhi masuk aliran darah melalui ductus thoracicus. Endotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 

C. Etiologi
      Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi, Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella Paratyphi C.

D. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat. Pada kasus khas biasa ditemukan gejala klinis berupa demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.Gejala tifus dibagi menjadi empat tahap:
1.      Pada minggu pertama, kenaikan temperatur demam sangat pelan, yang diikuti dengan bradikardia yaitu denyut jantung kurang dari 60 per menit, sakit kepala, dan batuk. Selain itu, dapat terjadi epistaksis atau mimisan yang muncul pada seperempat kasus dan juga timbul rasa sakit pada daerah perut. Adanya bakteri ini pada darah menyebabkan leukopenia (turunnya jumlah granul eosinofil darah) dan limfositosis (meningkatnya jumlah limfosit pada darah). Diagnosis pada minggu pertama dengan tes Widal, merupakan tes serologi untuk mengetahui adanya infeksi Salmonella, akan memberikan hasil yang negatif.
2.      Pada minggu kedua dari masa infeksi, akan terjadi panas yang tinggi  yang terkadang disebut dengan “nervous fever” dan bradikardia yang disebut dengan Sphygmo-thermic dissociation. Terkadang muncul bercak merah pada daerah di bawah dada dan daerah perut,  di mana hal ini hanya terjadi pada 1/3 dari pasien yang menderita tipus. Pada minggu kedua ini juga bisa terjadi diare enam hingga delapan kali perhari, dengan warna kehijauan dan bau yang khas, akan tetapi konstipasi juga bisa terjadi. Kadang terdengar suara dari perut yang diakibatkan oleh pergerakan gas di dalam intestin yang disebut dengan “Borborygmus”. Pembesaran hati  akan terjadi jika telah maemasuki minggu kedua ini. Pada tahap inilah tes Widal dapat menunjukkan hasil yang positif.

E. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid memang cukup menyeramkan. Dan kalau sudah muncul komplikasinya, kadang prognosisnya kurang bagus. Komplikasi yang serius diantaranya adalah:
  1. komplikasi intestinal (maksudnya komplikasi di daerah usus halus), yaitu:
a) Perdarahan usus. Karena memang kuman ini menyerang dinding usus halus, sehinggamemperlemah/membuat luka di dinding usus halus.
b)      Dan bila makin lemah, dapat terjadi perforasi usus (ususnya berlubang). Kalo sudah begini, harus dilakukan operasi segera, untuk memotong usus yang berlubang itu.
2.    komplikasi ekstra intestinal (maksudnya komplikasi yang terjadi di luar usus halus), yaitu:
a)      Peradangan pada otot jantung (myocarditis).
b)      Peradangan paru-paru (Pneumonia)
c)      Peradangan pada pankreas (pankreatitis)
d)     Infeksi pada ginjal dan kandung kencing
e)      Infeksi tulang belakang (osteomyelitis)
f)       Infeksi dan peradangan di selaput otak (meningitis), dan
g)      Gangguan kejiwaan, misalnya halusinasi (melihat sesuatu, yang sebenarnya tidak ada atau bahkan psikosis paranoid (bahasa awamnya “gila”, dengan gejala yang dominan, selalu curiga atau ketakutan yang tidak berdasar). 

F. Pemeriksaan Laboratorium
1.    Pemeriksaan biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a)      Teknik pemeriksaan laboratorium
Karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan, pada pasien biasa diambil 5-10 ml darah. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik. Selain itu, darah tersebut harus langsung ditanam pada media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung.
b)      Saat pemeriksaan selam perjalanan penyakit
Pada demam tifoid biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi.
c)      Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam tifoid di masa lampau menimbulkan antibodi dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negatif.
d)     Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

2.      Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara atigen dan antibodi (aglutinin). Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid.

3.     Pemeriksaan feses

G. Pengobatan
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
4. Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
5. Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
Pengobatan demam tifoid pada wanita hamil adalah:
      Tidak semua obat antimikroba yang biasanya digunakan untuk pengobatan demam tifoid dapat diberikan pada wanita hamil. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimester ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin dan grey syndrome pada neonatus.
      Tiamfenikol tidak dianjurkan untuk digunakan pada trimester pertama kehamilan, karena kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Pada kehamilan yang lebih lanjut, tiamfenikol dapat diberikan..
      Ampisilin, amoksisilin dan sefalosporin generasi ketiga aman untuk wanita hamil dan fetus, kecuali bila pasien hipersensitif  terhadap obat tersebut.
      Ko-trimoksazol dan fluorokinolon tidak boleh diberikan pada wanita hamil.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan darah dari orang yang terinfeksi. Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 
Pada wanita hamil deman tifoid dapat mengakibatkan keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati. Pengobatan deman tifoid pada wanita hamil adalah dengan memberikan obat antimikroba yang aman untuk wanita hamil dan fetus adalah ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar