Minggu, 27 November 2011

:: Ayahbunda :: Artikel :: Tips Pijat Perineum ::

:: Ayahbunda :: Artikel :: Tips Pijat Perineum ::

MACAM-MACAM SYOK



Syok

DEFINISI
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
  1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
  2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
  3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
  4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
  5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
PENYEBAB
Syok bisa disebabkan oleh:
·  Perdarahan (syok hipovolemik)
·  Dehidrasi (syok hipovolemik)
·  Serangan jantung (syok kardiogenik)
·  Gagal jantung (syok kardiogenik)
·  Trauma atau cedera berat
·  Infeksi (syok septik)
·  Reaksi alergi (syok anafilaktik)
·  Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
·  Sindroma syok toksik.
GEJALA
Gejala yang timbul tergantung kepada penyebab dan jenis syok.
Gejalanya bisa berupa:
- gelisah
- bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
- nyeri dada
- linglung
- kulit lembab dan dingin
- pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk air kemih
- pusing
- pingsan
- tekanan darah rendah
- pucat
- keringat berlebihan, kulit lembab
- denyut nadi yang cepat
- pernafasan dangkal
- tidak sadarkan diri
- lemah.
DIAGNOSA
Diagnosais ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
PENGOBATAN
Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung.
Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
Jangan diberikan apapun melalui mulut.

Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
Obat-obatan diberikan secara intravena.
Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah.

Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.

Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan.

Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung.
Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu).
Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin.
Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.

Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta, yang untuk sementara waktu bisa meredakan syok.
Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung.

Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa jantung yang tidak memadai dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner transluminal perkutaneusdarurat guna membuka arteri yang tersumbat.
Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.

Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan obat-obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
PROGNOSIS
Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal.
Jika diobati, hasilnya tergantung kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok sampai dilakukannya pengobatan serta jenis pengobatan yang diberikan.

Kemungkinan terjadinya kematian pada syok karena serangan jantung atau syok septik pada penderita usia lanjut sangat tinggi.
PENCEGAHAN
Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba mengobatinya.
Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko terjadinya syok.
source : www.medicastore.com

Berdasarkan etiloginya maka syok digolongkan atas beberapa macam yaitu :Syok Hipovolemik, Syok Kardiogenik, Syok Distributif, dan Syok Obstruktif


SYOK HIPOVOLEMIK
Pengertian
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.
Etiologi
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker, asites dan peritonitis
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
ü Pengobatan penyebab yang mendasari.
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.
ü Penggantian Cairan dan Darah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).
ü Redistribusi cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
ü Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah-muntah.
ü Military anti syoc trousersn(MAST)
Adlah pkain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu menahan perfusi coroner.

SYOK KARDIOGENIK
Pengertian
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
Etiologi
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
  1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
  2. Memulihkan kesehatan miocardium
  3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup :
  1. Mensuplai tambahan oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula nasal 3 – 5 Liter / menit.
  1. Mengontrol nyeri dada
Jika pasien menglami nyeri dada, morfin sulfat diberikan melalui intravena untuk menghilangkan nyeri. Pemberian posisi semi fowler, dapat membantu untuk memberikan posisi nyaman & meningkatkan ekspansi paru.
  1. Pemberian obat-obat vasoaktif
Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple untuk memulihkan dan mempertahankan curah jantung yang adekuat. Pada syok kardiogenik koroner, terapi obat diujukan untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, mengurangi preload dan afterload, atau menstabilkan frekuensi jantung. Contoh, Dopamin dan nitrogliserin.
  1. Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat oleh perawat untuk mendeteksi tanda kelebihan cairan. Bolus cairan intravena yang terus diingkatkan harus diberikan dengan sangat hati-hati dimulai dengan jumlah 50 ml untuk menentukan tekanan pengisian optimal untuk memperbaiki curah jantung.

SYOK DISTRIBUTIF
Pengertian
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
Etiologi
Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal, (2) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3) syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi
Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe :
1. Syok Neorugenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.
Penatalaksanaan :
- Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya Hipoglikemia (syok insulin) dilakukan pemberian cepat glukosa.
- Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur 15 – 20 derajat untuk mencegah penyebaran anastetik ke medula spinalis.
- Pada Kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah melalui imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan medula spinalis lebih lanjut.
- Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki tempat tidur dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai. Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah menempatkan pasien pada peningkatan resiko terhadap pembentukan trombus.
- Pemberian heparin, stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai dapat mencegah pembentukan trombus.
2. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik.
Penatalaksanaan :
- Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan mendukung kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh : epinefrin ,aminofilin. Epinefrin diberikan secara intravena untuk menaptkan efek vasokonstriktifnya. Difenhidramin diberikan secara intavena untuk melawan efek histamin dengan begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin diberikan secara intravena untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
- Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)
3. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh
Etiologi
- Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang engarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
Penatalaksanaan :
- Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan tekhnik aseptik.
- Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara agresif dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.
- Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk antibiotik dan obat-obat vasoaktif untuk memulihkan volume vaskuler
GAMBARAN KLINIS
Manifestasi spesifik akan bergantung pada penyebab syok, tetapi semua, kecuali syok neurogenik akan mencakup :
  1. Kulit yang dingin dan lembab
  2. Pucat
  3. Peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan
  4. Penurunan drastis tekanan darah
  5. Individu dengan syok neurogenik akan memper;ihatkan kecepatan denyut jantung yang normal atau melambat tetapi akan hangat dan kering apabila kulitnya diraba.
KOMPLIKASI
· Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan
· Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia






PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA IBU DAN KELUARGA PADA KALA I, II, DAN III



BAB I
PNDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Mengapa demikian, karena melahirkan berarti mengadakan yang semula belum ada. Begitu pula dengan persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah lama ditunggu kedatangannya.
Lahirnya anak tidak akan datangbegitu saja, tetapi memerlukan persiapan-persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental, dsan persiapan materi yang cukup agar kelahiran anak dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Dalam proses persalinan ibu banyak mengeluarkan tenaga sehingga untuk mengahasilkan tenaga ibu yang akan melahirkan serta membukanya jalan untuk lahirnya anak, terjadilah rasa sakit yang makin lama makin bertambah kuat sampai saat anak lahir bahkan sampai beberapa waktu setelah melahirkan anaknya. Disinilah pentingnya persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan anak atau persalinan itu.

B.   Tujuan
1.  Kita dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik pada ibu di kala I, II, III
2.  Kita dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis baik pada ibu maupun pada keluarga pada kala I, II, III


BAB II
PEMBAHASAN


Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan saying ibu selama persalinan dan kelahiran. Kebutuhan dasar pada ibu bersalin di kala I, II dan III itu berbeda-beda dan sebagai tenaga kesehatan kita dapat memberikan asuhan secara tepat agar kebutuhan – kebutuhan ibu di kala I, II, dan III dapat terpenuhi.
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologispada ibu dan keluarga pada kala I, II, dan III sebagai berikut :
A.    Pemenuhan kebutuhan fisik pada ibu kala I, II,dan III
1.  kala I
kala I merupakan waktu di mulainya persalinan, keadaan ini di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi di kala I antara lain:
a.  Mengatur aktivitas dan posisi ibu
                  Disaat mulainya persalianan sambil menunggu pembukaan lengkap. Ibu masih dapat diperbolehkan melakukan aktivitas, namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu agar ibu tidak terasa jenuh dan rasa kecemasan yang dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan dapat berkurang. Di dalam kala I ini ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Peran suami di sisi adalah untuk  membantu ibu berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang yang menemani di saat proses menjelang persalinan. Disini ibu di perbolehkan berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalnan. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan di sarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin berganti posisi selama persalina. Perlu di ingat bahwa jangan menganjurkan ibu untuk mengambil posisi terlentang. Sebab jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan plasenta akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen pada janin). Posisi terlentang juga akan memeperlambat proses persalinan.
( Enkin, et,al. 2002)
b.  Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana his ini termasuk tanda-tanda persalinan yang mempunyai sifat intermitten, terasa sakit, terkoordinasi, dan simetris serta terkadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu di sarankan menarik nafas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.
c.   Menjaga kebersihan ibu
Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk mengososngkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Disini ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih atau jka ibu terasa ingin berkemih. Selain itu, tenaga kesehatan perlu memeriksa kandung kemih pada saat memeriksa denyut jantungj janin (saat palpasi di lakukan) tepat di atas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh atau tidak. Jika ibu tidak dapat berkemih di kamar mandi, maka ibu dapat diberikan penampung urin. Apabila terjadi kandung kemih yang penuh maka akan mengakibatkan:
1.        memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkinakna menyebabkan partus macet.
2.        menyebabkan ibu tidak nyaman.
3.        meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri.
4.        mengganggu penatalaksanaan distosis bahu
5.        meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
Disaat persalinan berlangsung tenaga kesehatan (bidan) tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin. Sebab kateterisasi ini hanya di lakukan pada kandung kemih yang penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Kateterisasi ini akan menimbulkan beberapa masalah seperti menimbulkan rasa sakit, menimbulkan risiko infeksi dan perlukaan melalui kemih ibu.
d.  Pemberian Cairan dan Nutrisi
Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan , karena makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan lebh banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.
2.  kala II
Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu meningkat dan saat ibu mengejan selama kontraksi dapat membuat ibu menjadi kelelahan. Disini bidan harus dapat memenuhi kebutuhan selama kala II, diantaranya:
a.  Menjaga kandung kemih tetap kosong
Menganjurkan ibu untuk berkemih sesrinh mungkin setiap 2 jam atau bila ibu merasa kandung kemih sudah penuh. Kandung kemih dapat menghalangi penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi bantulah agar ibu dapat berkemih dengan wadah penampung urine. Disini bidan tidak dianjurkan untuk melakukan keteterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau sesudah kelahiran bayi ataupun plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya di lakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendir karena kateterisasi akan mengakibatkan risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
b.  Menjaga kebersihan ibu
Disini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar terhindar dari infeksi. Apabila ada lendir darah atau cairan ketuban segera di bersihkan untuk menjaga alat genetalia ibu.
c.   Pemberian cairan
Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Ini dianjurkan karena selama ibu bersalin ibu mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan cairan, ini dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi.
d.  Mengatur posisi ibu
          Didalam memimpin mengejan, Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan. Karena perpindahan posisi yang sering kali mempercepat kemajuan persalinan. Disini ibu akan menemukan posisi yang efektif untuk meneran. Biasanya posisi duduk atau setengah duduk dipilih ibu bersalin karena nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah dan keuntungan lain posisi ini yaitu dapat memudahkan melahirkan kepala bayi. Ada 4 posisi yang sering digunakan dalam persalinan, diantaranya :
1.  Jongkok
2.  Menungging
3.  Tidur miring
4.  Setengah duduk
Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan kala dua dan posisi jongkok juga akan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Sedangkan posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri dipilih ibu karena ibu merasa nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran. Posisi ini baik dipilih jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi occiput anterior. Posisi merangkak atau berbaring miring kekiri ini juga baik dipilih ibu yang mengalami nyeri punggung pada saat persalinan. Posisi ini juga membantu mencegah laserasi.
Adapun cara-cara meneran yang baik bagi ibu diantaranya :
1.  Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama kontraksi.
2.  Jangan anjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
3.  Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
4.  Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran, jika ia menarik lutut kea rah dada dan menempelkan dagu ke dada.
5.  Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat saat meneran.
6.  Tenaga kesehatan ( bidan ) tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi karena dorongan pada fundus dapat meningkatkan distosia bahu dan rupture uteri.
3.  kala III
Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau pengeluaran plasenta. Kala III ini merupakan kelanjutan kala I (kala pembukaan) dank ala II (kala pengeluaran bayi). Untuk itu pada kala III ini berbagai aspek yang akan dihadapi bercermin pada apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya. Adapun pemenuhan kebutuhan pada ibu dikala III diantaranya :
a.  Menjaga kebersihan
Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva karena untuk menghindari infeksi. Untuk menghindari infeksi dan bersarangnya bakteri pada daerah vulva dan perineum. Cara pembersihan perineum dan vulva yaitu dengan menggunakan air matang (disinfeksi tingkat tinggi) dan dengan menggunakan kapas atau kassa yang bersih. Usapkan dari atas ke bawah mulai dari bagian anterior vulva kea rah rectum untuk mencegah kontaminasi tinja, kemudian menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih dalam sehari tiga kali ataupunbila saat ibu BAK dirasa pembalut sudah basah (tidak mungkin untuk dipakai lagi). Jangan lupa menganjurkan ibu untuk mengeringkan bagian perineum dan vulva.
b.  Pemberian cairan dan nutrisi
Memberikan asupan nutrisi  (makanan ringan dan minuman) setelah persalinan, karena ibu telah banyak mengeluarkan tenaga selama kelahiran bayi. Dengan pemenuhan asupan nutrisi ini diharapkan agar ibu tidak kehilangan energi.
c.   Kebutuhan istirahat
Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah dibersihkan ibu dianjurkan untuk istirahat setelah pengeluaran tenaga yang banyak pada saat persalinan. Disini pola istirahat ibu dapat membantu mengembalikan alat-alat reproduksi dan meminimalisasikan trauma pada saat persalinan.
  1. Pemenuhan kebutuhan psikologis kala I, II, dan III
Untuk mengurangi rasa sakit terhadap ibu di kala I, II, dan III yaitu dengan cara psikologis dengan mengurangi perhatian ibu yang penuh terhadap rasa sakit. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya yaitu dengan cara:
a.      Sugesti
Sugesti adalah memberi pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang diterima secara logis. Menurut psikologis social individu yang keadaan psikisnya labil akan lebih mudah dipengaruh dan mudah mendapar sugesti. Demikian juga pada wanita yang keadaan psikisnya kurang stabil, lebih-lebih dalam masa persalinan, mudah sekali menerima pengaruh atau menerima sugesti. Kesempatan ini harus digunakan untuk memberikan sugesti yang bersifat positif. Misalnya ketika hamil, pada waktu memeriksa dikatakan bahwa kehamilan normal, persalinan nanti akan berjaln normal pula. Pada waktu persalinan pun juga diberi sugesti bahwa persalinannya akan belangsung dengan bak seperti ibu-ibu yang lain yang tidak mengalami kesulitan walaupun telah beberapa kali melahirkan. Keramah-tamahan dan sikap yang menyenangkan akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan. 
b.      Mengalihkan perhatian             
Perasaan sakit akan bertambah bila perhatian dikhususkan pada rasa sakit itu. Misalnya ibu merasa sakit, penolong memperhatikan terus-menerus, menaruh belas kasihan yang spontan akan menambah rasa sakit. Perasaan sakit itu dapat dikurangi dengan mengurangi perhatian terhadap ibu. Usaha yang di lakukan misalnya mengajak bercerita, sedikit bersenda gurau, kalau ibu masih kuat berilah buku bacaan yang menarik. Walaupun perhatian terhadap rasa sakit ibu di kurangi oleh bidan, tetapi mereka haruis tetap waspada mengamati keadaan ibu, pekembangan persalinan.
c.       Kepercayan
Diusahakan agar ibu memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu melahirkan anak normal seperti wanita-wanita lannya,percaya bahwa persalinan yang dihadapi akan lancer pula seperti wanita yang lainnya. Disamping itu ibu harus mempunyai kepercayaan pada bida atau orang yang menolongnya, percaya bahwa penolong mempunyai pengetahuan dasar yang cukup, mempunyai pengalaman yang banyak, mempunyai kecepatan, keterampilan dalam menolong persalinan, maka dengan demikian ibu akan merasa aman.
Demikianlah usaha-usah yang bersifat psikologis dari penolong untuk mengurangi rasa sakit.


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.  Pemenuhan pada kala I meliputi : mengatur aktifitas dan posisi ibu, membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his, menjaga kebersihan ibu, memberikan cairan dan nutrisi pada ibu
2.  Pemenuhan kebutuhan pada kala II meliputi menjaga kebersihan diri, pemberian cairan, menjaga kandung kemih yang kosong dan mengatur posisi ibu.
3.  Pemenuhan kebutuhan pada kala III meliputi pemenuhan cairan dan nutrisi, menjaga kebersihan , dan kebutuhan istirahat.
4.  Pemenuhan kebutuhan psikologis pada ibu di kala I, II, dan III yaitu pemberian sugesti, mengalihkan perhatian dan kepercayaan.
B. Saran
1.  Bagi pembaca semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dan tambahan pengetahuan.
2.  Bagi penulis untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah.


DAFTAR PUSTAKA

-      Azwar, Azrul. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
-      http//: www.pemenuhan kala I, II, III.com
-      http//: lenteraimpian.wordpress.com




Makalah TYPOID


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah menulardan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
      Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat sporadic, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularan biasanya tidak dapat ditemukan. Ada dua sumber penularan salmonella typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering carrier. Di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makana yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah nonendemik. Carrier itu sendiri adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.

B. Tujuan
1.  Agar mahasiswa mengetahui pengertian demam tifoid
2.  Agar mahasiswa mengetahui patofisiologis demam tifoid
3.  Agar mahasiswa mengetahui etiologi demam tifoid
4.  Agar mahasiswa mengetahui gejala klinis demam tifoid
5.  Agar mahasiswa mengetahui komplikasi demam tifoid
6. Agar mahasiswa mengetahui cara menangani demam tifoid pada ibu hamil.

C. Manfaat
1.    Mahasiswa mengetahui pengertian demam tifoid
2.    Mahasiswa mengetahui patofisiologis demam tifoid
3.   Mahasiswa mengetahui etiologi demam tifoid
4.   Mahasiswa mengetahui gejala klinis demam tifoid
5.   Mahasiswa mengetahui komplikasi demam tifoid
6.    Mahasiswa mengetahui cara mengatasi demam tifoid pada ibu hamil


BAB II
ISI

A. Pengertian
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Penyakit tifus atau Typhoid fever, sering disebut juga dengan enteric fever, bilious fever atau Yellow Jack, disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan darah dari orang yang terinfeksi. Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan bergerak menggunakan flagela yang tumbuh cepat pada suhu badan manusia (37ºC).
Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas badan tinggi dan kemungkinan perforasi, sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati. Angka kematian ibu dengan kehamilan disertai tifus abdominalis cukup tinggi sedangkan kematian bayi sekitar 65% sampai 70%. Upaya pengobatan perlu dilakukan kerja sama dengan ahli penyakit dalam.

B. Patofisiologis
      Kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe, salmonella typhi masuk aliran darah melalui ductus thoracicus. Endotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 

C. Etiologi
      Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi, Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella Paratyphi C.

D. Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat. Pada kasus khas biasa ditemukan gejala klinis berupa demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.Gejala tifus dibagi menjadi empat tahap:
1.      Pada minggu pertama, kenaikan temperatur demam sangat pelan, yang diikuti dengan bradikardia yaitu denyut jantung kurang dari 60 per menit, sakit kepala, dan batuk. Selain itu, dapat terjadi epistaksis atau mimisan yang muncul pada seperempat kasus dan juga timbul rasa sakit pada daerah perut. Adanya bakteri ini pada darah menyebabkan leukopenia (turunnya jumlah granul eosinofil darah) dan limfositosis (meningkatnya jumlah limfosit pada darah). Diagnosis pada minggu pertama dengan tes Widal, merupakan tes serologi untuk mengetahui adanya infeksi Salmonella, akan memberikan hasil yang negatif.
2.      Pada minggu kedua dari masa infeksi, akan terjadi panas yang tinggi  yang terkadang disebut dengan “nervous fever” dan bradikardia yang disebut dengan Sphygmo-thermic dissociation. Terkadang muncul bercak merah pada daerah di bawah dada dan daerah perut,  di mana hal ini hanya terjadi pada 1/3 dari pasien yang menderita tipus. Pada minggu kedua ini juga bisa terjadi diare enam hingga delapan kali perhari, dengan warna kehijauan dan bau yang khas, akan tetapi konstipasi juga bisa terjadi. Kadang terdengar suara dari perut yang diakibatkan oleh pergerakan gas di dalam intestin yang disebut dengan “Borborygmus”. Pembesaran hati  akan terjadi jika telah maemasuki minggu kedua ini. Pada tahap inilah tes Widal dapat menunjukkan hasil yang positif.

E. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid memang cukup menyeramkan. Dan kalau sudah muncul komplikasinya, kadang prognosisnya kurang bagus. Komplikasi yang serius diantaranya adalah:
  1. komplikasi intestinal (maksudnya komplikasi di daerah usus halus), yaitu:
a) Perdarahan usus. Karena memang kuman ini menyerang dinding usus halus, sehinggamemperlemah/membuat luka di dinding usus halus.
b)      Dan bila makin lemah, dapat terjadi perforasi usus (ususnya berlubang). Kalo sudah begini, harus dilakukan operasi segera, untuk memotong usus yang berlubang itu.
2.    komplikasi ekstra intestinal (maksudnya komplikasi yang terjadi di luar usus halus), yaitu:
a)      Peradangan pada otot jantung (myocarditis).
b)      Peradangan paru-paru (Pneumonia)
c)      Peradangan pada pankreas (pankreatitis)
d)     Infeksi pada ginjal dan kandung kencing
e)      Infeksi tulang belakang (osteomyelitis)
f)       Infeksi dan peradangan di selaput otak (meningitis), dan
g)      Gangguan kejiwaan, misalnya halusinasi (melihat sesuatu, yang sebenarnya tidak ada atau bahkan psikosis paranoid (bahasa awamnya “gila”, dengan gejala yang dominan, selalu curiga atau ketakutan yang tidak berdasar). 

F. Pemeriksaan Laboratorium
1.    Pemeriksaan biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a)      Teknik pemeriksaan laboratorium
Karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan, pada pasien biasa diambil 5-10 ml darah. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik. Selain itu, darah tersebut harus langsung ditanam pada media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakteriemia berlangsung.
b)      Saat pemeriksaan selam perjalanan penyakit
Pada demam tifoid biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi.
c)      Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam tifoid di masa lampau menimbulkan antibodi dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia, hingga biakan darah mungkin negatif.
d)     Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

2.      Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara atigen dan antibodi (aglutinin). Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid.

3.     Pemeriksaan feses

G. Pengobatan
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
4. Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
5. Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
Pengobatan demam tifoid pada wanita hamil adalah:
      Tidak semua obat antimikroba yang biasanya digunakan untuk pengobatan demam tifoid dapat diberikan pada wanita hamil. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimester ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin dan grey syndrome pada neonatus.
      Tiamfenikol tidak dianjurkan untuk digunakan pada trimester pertama kehamilan, karena kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Pada kehamilan yang lebih lanjut, tiamfenikol dapat diberikan..
      Ampisilin, amoksisilin dan sefalosporin generasi ketiga aman untuk wanita hamil dan fetus, kecuali bila pasien hipersensitif  terhadap obat tersebut.
      Ko-trimoksazol dan fluorokinolon tidak boleh diberikan pada wanita hamil.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasnya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan darah dari orang yang terinfeksi. Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 
Pada wanita hamil deman tifoid dapat mengakibatkan keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati. Pengobatan deman tifoid pada wanita hamil adalah dengan memberikan obat antimikroba yang aman untuk wanita hamil dan fetus adalah ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin.